BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk
dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur
yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan
untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap
individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola istirahat
dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap kesehatan.
Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga
perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
klien.
Kebutuhan
istirahat dan tidur pada individu yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan. Oleh arena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang
baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur.
1.2
Rumusan Masalah
·
Definisi
Istirahat dan Tidur
·
Kadaan
Waspada dan Tidur
·
Jenis- jenis Tidur
·
Efek
Fisiologi Tidur
·
Berapa lama tidur diperlukan ?
·
Mengapa Kita Mimpi?
·
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
·
Gangguan-Gangguan Tidur dan Penanganannya
·
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Masalah Tidur
1.3
Tujuan
·
Definisi
Istirahat dan Tidur
·
Kadaan
Waspada dan Tidur
·
Jenis- jenis Tidur
·
Efek
Fisiologi Tidur
·
Berapa lama tidur diperlukan ?
·
Mengapa Kita Mimpi?
·
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
·
Gangguan-Gangguan Tidur dan Penanganannya
·
Asuhan
Keperawatan Klien dengan Masalah Tidur
1.4 Manfaat
Dengan belajar makalah ini tentang
siklus tidur, mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan terhadap pasien.
Serta dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Istirahat dan Tidur
Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk
dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur
yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk
mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur
yang berbeda. Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek
yang bagus terhadap kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang
biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur klien.
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu yang sakit
sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh arena itu, perawat
harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan
tidur.
A.
Istirahat
Kata
“ Istirahat ” mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari
apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas).
Seseorang benar- benar Istirahat
apabila :
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan
di bawah kontrolnya.
b. Merasa diterima eksistensinya baik di
tempat tinggal, kantor, atau di mana pun. Juga termasuk ide- idenya diterima
oleh orang lain.
c. Mengetahui apa yang terjadi.
d. Bebas dari gangguan dan ketidak
nyamanan.
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas
yang dilakukan.
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu
bila memerlukannya.
B.
Tidur
Tidur
merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui,
namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional,
fisiologis, dan kesehatan.
Seseorang
dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik minimal.
b. Tingkat
kesadaran yang bervariasi.
c. Terjadi perubahan-perubahan proses
fisiologis tubuh, dan
d. Penurunan respons terhadap rangsangan
dari luar.
Selama
tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis. Perubahan
tersebut, antar lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.
b. Dilatasi pembuluh darah perifer.
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan
aktivitas traktus gastrointestinal.
d. Relaksasi otot-otot rangka.
e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun
10-30%
Pada
waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi. Tingkat
kesadaran pada organ-organ penginderaan berbeda-beda. Organ pengindera yang
mengalami penurunan kesadaran yang paling dalam selama tidur adalah indra
pencium. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kasus kebakaran yang terjadi
pada malam hari tanpa disadari oleh penghuninya yang sedang tidur. Organ
penginderaan yang mengalami penurunan tingkat kesadaran paling kecil adalah
indra pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan mengapa orang-orang yang
sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap kali tidak dapat tidur.
Tidur
tidak dapat diartikan sebagai manifestasi deaktifitas sistem saraf pusat. Sebab
pada orang yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif dalam sinkronisasi
terhadap neuron-neuron substansi retikularis dari batang otak. Ini dapat
diketahui melalui pemeriksaan electroenchepalogram (EEG). Alat tersebut dapat
memperlihatkan fluktansi energi (gelombang otak) pada kertas grafik.
2.2
Keadaan Waspada dan Tidur
Suatu
keadaan yang penting untuk terjadinya keadaan waspada. Keadaan saraf otak harus
disalurkan dalam arah yang tepat misalnya selama epilepsi, otak beberapa kali
lebih aktif daripada selama kewaspadaan normal. Meskipun demikian, ia sama
sekali tidak sadar, ini bukan suatu keadaan waspada, untuk keadaan waspada otak
aktif saja tidak cukup.
Dua macam jenis waspada dalam tidur adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya kegatan di dalam sitem
pengaktivasi retikularis disebut tidur gelombang lambat karena gelombang otak
sangat lambat. Kebanyakan tidur malam, tidur tidak nyenyak, tanpa mimpi, tidur
gelombang delta, dan menyegarkan setelah bangun. Perubahan-perubahan elektro
ensefalo grafik berubah sebagai berikut:
a. Kewaspadaan penuh; gelombang beta
frekuensi tinggi tetapi bervoltase rendah yang memperlihatkan desinkronasi.
b. Istirahat tenang; gelombang alfa suatu
jenis gelombang otak yang disinkronisasikan.
c. Tidur ringan; perlambatan gelombang alfa
ke jenis tetra dan delta yang bervoltase rendah, tetapi diselingi oleh spindle
gelombang alfa yang disebut sleep spindle, berlangsung beberapa detik pada
suatu waktu.
d. Tidur nyenyak gelombang lambat;
gelombang delta voltase tinggi terjadi dengan kecepatan 1-2 detik.
Sifat tidur gelombang lambat.
Sifat tidur nyenyak gelombang lambat terakhir kita tetap bangun selama lebih
dari 24 jam, mengingat tidur nyenyak yang terjadi 30 menit sampai 1 jam setelah
tidur. Tidur ini sangat menyegarkan dan disertai penurunan tonus vaskuler
peifer, fungsi vegetatif tubuh lainnya, serta penurunan tekanan darah 10-30%,
kecepatan pernafasan dan lajumetabolisme basal.
2. Penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat
di dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan ssecara berarti
disebut tidur paradoks episode. Tidur singkat biasanya terjadi pada interval
selama tiap malam, tidur ini mempunyai tujuan tertentu. Berlangsung 5-20 menit
dan rata-rata timbul setiap 90 menit. Periode pertama 80-100 menit setelah
orang tersebut tertidur, bila sangat lelah bahkan mungkin tidak ada.
Sebaliknya, ketika orang itu telah beristirahat semalaman, lamanya paradoks
akan sangat meningkat.
a. Biasanya disertai mimpi aktif
b. Lebih sulit untuk dibangunkan daripada
selama tidur gelombang lambat.
c. Tonus otot di seluruh tubuh sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi
tidak teratur yang merupakan ciri keadaan mimpi.
e. Gerakan otot yang tidak teratur terutama
gerakan mata yang cepat sering disebut Rapid Eye Movement (REM).
Eletroensefalon disinkronisasi gelombang beta voltase rendah yang mirip dengan keadaan waspada yang
disebut tidur desinkronisasi, berarti gelombang otak yang tidak sinkron.
Tidur
paradoks adalah sejenis tidur dimana otak benar-benar aktif, tetapi kegiatan
otak disalurkan dalam arah yang tepat agar dapat menyadari keadaan di
sekitarnya ketika terbangun.
2.3 Jenis- jenis Tidur
A.
Tidur Aktif atau REM
Setiap
siklus tidur tenang atau NREM akan diakhiri dengan tidur aktif atau REM
(Rapid Eye Movement atau Gerakan Mata Cepat). Kebalikan dari
tidur tenang, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah dan aktivitas lainnya
berlangsung dengan lebih aktif, cepat dan tidak teratur. Darah dialirkan ke
otak dan gelombang otak. Anda dapat melihat seseorang mengalami periode saat
saat melihat tonjolan mata bergerak ke kiri dan ke kanan karena memang pada
tidur REM, mata bergerak cepat ke kiri dan ke kanan.
Pada saat tidur
aktif atau REM inilah seseorang mengalami mimpi yang sebagian
besar tidak akan diingat pada saat bangun dari tidur. Anda juga mengalami
imobilitas yaitu tidak dapat menggerakkan otot-otot Anda. Hal ini yang berguna
agar Anda tidak bergerak sesuai mimpi Anda sehingga membahayakan Anda. Biasanya
seseorang mengalami mimpi kira-kira setiap 90 menit sekali dalam sebuah siklus
tidur.
Periode
tidur aktif berlangsung selama 25 persen dari keseluruhan periode tidur kita.
Pada saat tidur aktif atau REM, tubuh memulihkan fungsi-fungsi tertentu dari
otak dan juga memperbaiki mental. Pada saat ini pikiran akan memilih, mengolah,
mengorganisasi, menghapus hal-hal yang tidak penting dan menyimpan keterangan
yang dialami pada hari sebelumnya seperti saat seseorang merekam film dan akan
mempersiapkan otak dan pikiran untuk menerima keterangan baru esok harinya.
Saat tidur aktif, otak akan menghapus memori jangka pendek atau data tidak
penting dan mempertahankan ingatan jangka panjang. Inilah yang membuat setelah
tidur, pikiran terasa lebih segar karena tersedia lebih banyak memori otak
untuk digunakan lagi.
Selain itu,
selama Anda tertidur, tubuh menghasilkan sel T yang akan melawan patogen atau
bibit penyakit. Dan saat tertidur, tubuh juga menghasilkan hormon leptin untuk
mengatur nafsu makan.
Agar
tubuh merasakan manfaat baik dari tidur, seseorang harus mengalami semua proses
tidur tersebut dan dalam waktu yang cukup. Jika kita kurang tidur, akan sulit
berkonsentrasi, kehilangan memori, dan kosa kata, penurunan kesanggupan
berpikir analitis, dan kehilangan kreativitas. Bahkan kurang tidur bisa meningkatkan
kekhawatiran dan depresi. Maka, berupayalah agar Anda cukup tidur setiap
hari dan rasakan manfaatnya.
B.
Tidur Tenang
atau Non-REM
Selama
siklus tidur kita akan mengalami 2 macam keadaan tidur yaitu keadaan tidur
tenang dan keadaan tidur aktif. Tidur tenang sering dikenal dengan
istilah tidur NREM atau Non-REM (No Rapid Eye Movement
atau Tidak Ada Gerakan Mata yang Cepat).
Saat tidur
tenang atau NREM atau Non-REM, tubuh seseorang akan mengalami
kegiatan yang tenang. Denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah tubuh akan bergerak lebih tenang
dan teratur. Ini adalah proses di mana tubuh memulihkan tubuh. Otot-otot,
kelenjar tubuh dan susunan tubuh diperbaiki. Zat-zat yang tidak berguna akan
dibuang dari tubuh. Pada saat tidur tenang juga terjadi penggabungan
protein-protein yang akan digunakan pada saat tidur aktif.
Pada keadaan
tidur tenang atau NREM atau Non-REM, seseorang akan mengalami 4 tahap. Berikut
ini tahapan yang terjadi ketika Anda mulai tertidur.
- Tidur Ringan
Saat pertama
kali seseorang mulai tertidur, Anda memasuki tahap pertama di mana Anda
mengalami tidur ringan atau tidur dangkal, di mana otot tubuh
akan mengendur dan gelombang otak akan bergerak tidak beraturan. Pada tahap ini
biasanya dimulai ketika Anda mengantuk dan tertidur. Tahap pertama berlangsung
selama 30 detik sampai 7 menit pertama tidur Anda.
- Tidur Sebenarnya
Selanjutnya,
Anda akan memasuki tahap kedua yaitu tidur sebenarnya, di mana gelombang
otak membesar, pecahan-pecahan pikiran dan gambar-gambar mungkin bermunculan
dan bergerak di pikiran kita tetapi kita tidak menyadarinya, bahkan Anda sudah
tidak sadar dengan keadaan di sekeliling Anda. Tahap kedua berlangsung selama
20 persen dari seluruh waktu tidur Anda.
- Tidur Lebih Pulas
Tahap ketiga
tidur Anda semakin lelap. Pada tahap ini, tubuh Anda mulai sulit dibangunkan
karena sudah terlelap.
- Tidur Terpulas
Tahap keempat
merupakan tahap tidur paling pulas. Pada tahap ini, otak memproduksi gelombang
besar, sebagian besar darah dialirkan ke otot, terjadi pemulihan dan perbaikan
fungsi tubuh. Hormon pertumbuhan dihasilkan dan terjadi proses pertumbuhan
berlangsung pada tahap ini. Tahap ketiga dan keempat berlangsung selama 50
persen dari seluruh waktu tidur kita.
Jika saat tertidur, kita tidak bisa memasuki tahap ketiga dan keempat, maka kemungkinan besar saat terbangun kita akan merasa letih bahkan bisa depresi.
Jika saat tertidur, kita tidak bisa memasuki tahap ketiga dan keempat, maka kemungkinan besar saat terbangun kita akan merasa letih bahkan bisa depresi.
Selesai memasuki
tahap keempat, Anda akan mengalami tahap pertama kembali, memasuki tahap kedua
dan seterusnya. Siklus ini akan berulang beberapa kali. Pada umumnya
pengulangan siklus ini berlangsung selama 3 sampai 5 kali. Lamanya 1 kali
siklus membutuhkan waktu sekitar 90 sampai 110 menit.
2.4
Efek Fisiologi Tidur
Tidur menyebabkan dua
jenis efek :
1. Efek pada Sistem itu Sendiri
Orang yang medula
spinalisnya ditranseksi di leher tidak memperhatikan efek fisiologis di dalam
tubuh di bawah tingkat yang dapat dihubungkan ke siklus tidur dan waspada.
Tidak adanya tidur dan waspada ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti pada
organ tubuh atau gangguan fungsi, sebaliknya tidak tidur pasti memengaruhi
fungsi susunan saraf pusat.
Keadaan waspada yang
lama sering disertai dengan malfungsi progresif dari pikiran dan kegiatan
tingkah laku sistem saraf. Meningkatnya keterlambatan berpikir terjadi pada
akhir periode waspada yang lama. Tidur yang sekarang belum dimengerti
adalahmemulihkan kepekaan normal dan keseimbangan normal diantara berbagai
bagian susunan tubuh.
2. Efek pada Struktur Tubuh Lainnya
Fungsi somatik tubuh
siklus meningkat dan menurunnya eksitabilitas saraf siklus yang mengikuti
siklus waspada dan tidur mempunyai efek cukup besar pada tubuh perifer.terjadi
peningkatan kegiatan simpatis selama keadaan bangun dan peningkatan jumlah
impuls ke otot rangka untuk meningkatkan tonus otot. Selama tidur kegiatan
simpatis turun, sedangkan parasimpatis kadang-kadang meningkat dan tonus otot
hampir nol. Selama tidur, tekanan darah arteri menurun, kecepatan nadi turun,
pembuluh darah pada kulit berdilatasi, kegiatan gastriintestinalis
kadang-kadang meningkat, oto-otot mengalami keadaan istirahat sempurna, dan
seluruh laju metabolik basal tubuh turun kira-kira 10-20%.
2.5
Berapa lama tidur diperlukan ?
Di Amerika penelitian oleh ahli-ahli
faal mendapatkan bahwa pada bayi tidur yang dibutuhkan rata-kira 16 jam,
kadang-kadang kurang atau lebih. Pene-litian pada bayi yang tidur kurang dari
16 jam menunjukkan, perkembangan intelektualnya temyata tidak mempu-nyai efek
pada perkembangannya. Peneliti yang sama mendapatkan bahwa siswa umur 16 tahun
perlu tidur 10 sampai 11 jam, mahasiswa perlu 8 jam sedangkan yang lebih tua
dapat melakukan adaptasi dan kekurangan tidumya dapat dibayar pada keesokan
harinya. Pada orang tua kebutuhan tidurnya makin berkurang, pada umur 45-60
tahun, kira-kira 7 jam.
Pada orang yang berumur lebih dari 50
tahun, tingkat 4 dari NREM hampir hilang. Rekor sampai saat ini untuk orang
tidak tidur dipegang oleh Robert McDonald pada tahun 1988 dengan waktu 18 hari,
21 jam, dan 40 menit. Pada keadaan tidak tidur yang ekstrim ini terjadi
halusinasi, paranoia, mudah tersing-gung, gangguan penglihatan, selain itu
suaranya menjadi tidak jelas, kehi-langan kemampuan untuk konsentrasi dan
mengingat. Gejala-gejala ini meng-hilang setelah beberapa hari tidur. Tan-pa
pengawasan yang ketat oleh dokter susah dikatakan bahwa marathon ba-ngun memang
benar-benar tidak tidur, karena sebenarnya dia tidur sekejap walaupun matanya
tetap terbuka.
Pada percobaan laboratorium, il-muwan
melakukan penelitian pada sukarelawan untuk tidak tidur selama 3 sampai 4 hari,
ternyata orang ini tidak dapat berkonsentrasi sehingga bila di-minta untuk
mengulang gambar atau kata yang sederhana, banyak melaku-kan kesalahan.
Orang
dengan insomnia merasa tidak bisa tidur, walaupun dia tertidur sepanjang malam.
Dia merasa waktu berjalan lambat bila dia terjaga atau terbangan pada malam
hari dan dia me-rasa waktu terjaga itu lama sekali. Ilmu-wan di Stanford University
mengawasi patron orang insomnia ini, ternyata orang dengan insomnia berat
sepanjang malam hanya terjaga selama 30 menit lebih.
2.6 Mengapa Kita Mimpi?
Bila seorang dibangunkan pada tidur REM
biasanya mengatakan dia dalam mimpi dan dia dapat mengingat dengan jelas apa
mimpinya. Mimpi da-pat dipengaruhi oleh kejadian disekitar orang tersebut
tidur. Misalnya seorang dalam tidur REM, dipunggungnya ditempeli air es, dia
akan bercerita bermimpi sedang menolong orang yang tenggelam dalam air.
Menurut riset tentang tidur yang
dilaporkan oleh Piere Maquet dalam majalah Science 2 Nov 2001, temyata tidur
berperanan dalam proses belajar dan mengingat. Dan oleh Jerome M. Siegel dalam
terbitan yang sama menyatakan bahwa tidur REM (waktu mimpi terjadi) merupakan
waktu untuk konsolidasi ingatan.
2.7 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
Pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang kebutuhannya
yang terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bias
tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai
sebagai berikut :
a. Status kesehatan
Seseorang
yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi
pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya
tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga dia tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sitem pernafasan. Dalam
kondisinya yang sesak nafas, maka
seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Linkungan
Linkungan
dapat meningkatkan atau menghalangi manhalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur denga nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh menghambat seseorang untuk
tidur.
c. Stres psikologis
Cemas
dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem
saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Diet
Makanan
mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang kafein maupun
alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan
dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat
tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan
periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan
yang dikonsumsi seseorang yang akan berefek menyebabkan tidur, ada pula yang
sebaliknya yang mengganggu tidur. Misalnya golongan amfetamin akan menurunkan
tidur REM.
2.8
Gangguan-Gangguan Tidur dan
Penanganannya
Ø Insomnia
Pengertian
insomnia mencakup banyak hal. Insomnia berupa kesulitan untuk tidur atau
kesulitan untuk tetap tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur,
tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan
demikian,insomnia merupakan ketidak mampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur
untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas.
Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur
atau kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih
lama dari yang mereka perkirakan, tetapi kualitasnya kurang.
Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri,
kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan
kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan
tindakan lainnya.
Ada beberapa tindakan atau
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mangatasi insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi
sebelum tidur, seperti keju atau susu. Diperkirakan bahwa triptofan, yang
merupakan suatu asam amino dari protain yang dicerna, dapat membantu agar cepat
tidur.
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada
waktu yang sama.
c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore
hari.
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila
merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu kesadaran penuh.
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang
membangkitkan minat sebalum tidur.
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan
setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur.
g. Gunakan teknik-teknik pelepas otot-otot
serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur.
Ø Somnambulisme
Somnambulisme
merupakan gangguan tingkah laku yangsangat kompleks mencakup adanya otomatis
dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk
ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Somnambulisme ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Upaya yang dapat dilakukan untik
mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak. Tindakan ini
dilakukan untuk mengatisipasi resiko terjadinya cidera pada anak. Ketika anak
dalam kondidsi somnambulisme, maka anak dibimbing untuk kembali ketempat tidur.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan
membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan
obat seperti Diazepam dan Valium.
Ø Enuresis
Enuresis
adalah kencing yang tidak disengaja
(mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada
laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah enuresis antara lain: hindari stres, hindari
minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
Ø Narkolepsi
Narkolepsi
merupakan suatukondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak terkendali untuk
tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang
mendadak, sehingga dapat tertidur pada setiap saat di mana serangan tidur
(kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi
diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM
tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya
apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja yang bekerja pada
alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi jurang.
Obat-obat agripnotik dapat digunakan
untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak
dapat tidur. Obat tersebut diantaranya jenis amfetamin.
Ø Night
terrors
Night terrors adalah
mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur
beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan
ketakutan.
Ø Mendengkur
Mendengkur
disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid
dapat terjadi factor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
mambuat saluran napas pada lansia. Otot-otot dibagian belakang mulut mengendur
lalu bergetar jika dilewati udara pernafasan.
2.9
Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Tidur
Ø Pengkajian
Pengkajian
tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik,
dan tinjauan pemeriksaan diagnostic.
Ø Riwayat
Tidur
Pengkajian
riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki fasilitas
perawat. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal_hal
yang ia
sukai
ke dalam rencana perawatan. Riwayat tidur ini meliputi :
Ø Pola tidur yang biasa
Ø Ritual sebelum tidur
Ø Penggunaan obat tidur atau obat-obatan
lainnya
Ø Lingkungan tidur
Ø Perubahan terkini pada pola tidur
Selain
itu, riwayat ini juga harusmencakup berbagai masalah yang ditemui pada pola
tidur, tersebut muncul, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut
muncul, frekuensinya, pengaruhnya terhadap keseharian klien, dan bagaimana
klien berkoping dengan masalah tersebut.
Ø Catatan
Tidur
Catatan
tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang memiliki masalah tidur
sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien.
Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut.
Ø Jumlah jam tidur total per hari
Ø Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum
tidur (jenis, durasi, dan tidur)
Ø Ritual sebelum tidur (mis, minum air,
minum obat tidur)
Ø Waktu (a) pergi tidur ,(b) mencoba
tidur, (c) tertidut, (d) terjaga dimalam hari dan durasinya, serta ,(e) bangun
tidur di pagi hari
Ø Adanya masalah yang klien yakini dapat
mempengarhi tidurnya
Ø Factor yang klien yakini member pengaruh
positif atau negative pada tidurnya
Kemudian,
perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau grafik yang
berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
Ø Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien.
Penampilan yang mendadak klien mengalami masalah tidur antara lain adanya
lingkaran hitam disekitar mata, konjungtiva kemarahan, kelopak mata bengkak,
dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas,gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap,
dll. Disamping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat
lemah, letargi atau lelah akibat kekurangan energy.
Ø Pemeriksaan
Diagnostic
Tidur
dapat diukur secara objektif dengan menggunakan
alat Yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam
elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG)
sekaligus. Dengan alat ini, kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur.
Aktifitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab
seringyaklien terjaga di malam hari.
Ø Penetapan
Diagnosis
Menurut
NANDA, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah
tidur adalah masalah gangguan pola tidur. Etiologi untuk label ini dapat
bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini meliputi
ketidaknyaman fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering,
serta perubahan lingkungan tidur atau lingkungan sebelum tidur.
Selain
sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk
diagnosis yang lain, seperti risiko cedera, kelelahan, ketidkefektifan koping,
ansietas, intoleransi aktifitas,.
Ø Perencanaan
dan Implementasi
Tujuan
utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk
mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energy yang cukup
untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait
dengan upaya meningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatka kualitas
tidurnya.
1. Gangguan pola tidur
Yang
berhubungan dengan :
·
Sering
terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport aksigen, gangguan
eliminasi, gangguan metabolisme).
·
Tidur
berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (mis : sedative, hipnotik,
antidepresen, amfetamin, barbiturate, dll).
·
Depresi
·
Nyeri
·
Aktivitas
siang hari yang tidak adekuat
·
Perubahan
ritme sirkadian
·
Takut
2. Criteria hasil
Individuakan
melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan aktivitas
3. Indicator
·
Menjelaskan
factor yang mencegah atau menghambat tidur
·
Mengidentifikasi
teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
·
Identifikasi
factor yang menyebabkan (nyeri, takut,
stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing,
temperature, aktiitas yang tidak adekuat).
·
Kurangi
tau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur.
v Bising
ü Tutup pintu kamar
ü Cabut kabel telepon
ü Nyalakan “bunyi-bunyi yang lembut” (mis
: kipas angin, music yang tenang, suara hujan, angin )
ü Pasang lampu tidur
ü Turunkan volume alarm dan tv
v Gangguan
ü Hindari prosedur yang tidak perlu selama
periode tidur
ü Batasi penginjung selama periode
istirahat yang optimal (mis : setelah makan).
ü Apabila berkemih malam hari dapat
mengganggu tidur,minta klien untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan
berkemih sebelum tidur.
·
Tingkatan
aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
ü Buat jadwal program aktivitas untuk
siang hari bersama klien (jalan kaki, terapi fisik).
ü Janga tidur siang lebih dari 90 menit.
ü Anjurkan
klien untuk tidur di pagi hari
ü Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi
dengan klien dan rangsang ia untuk tetap terjaga.
·
Bantu
upaya tidur
ü Kaji rutinitas tidur yang biasa
dilakukan klien, keluarga, atau orang tua, praktik hygiene, ritual (membaca,
bermin) dan aptuhi semaksimal mungkin.
ü Anjurkan atau berikan perawatan pada
petang hari (mis : hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).
ü Gunakan alat bantu tidur (mis : air
hangat untuk mandi, bahan bacaan, pijatan dipunggung, susu, music yang lembut).
ü Pastikan klien tidur tanpa gangguan
selama sedikitnya 4 atau 5 periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
ü Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk
setiap sif.
·
Ajarkan
rutinitas tidur di rumah
ü Pertahanan jadwal harian yang konsisten
untuk bangun, tidur, dan istirahat (hari biasa, akhir pekan)
ü Bangunlah diwaktu yang biasa, bahkan
jika tidur anda tidak nywnyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga
ü Gunakan tempat tidur hanya untuk
aktifitas yang terkait dengan tempat tidur.
ü Apabila anda terjaga dan tidak dapat
tidur kembali, beranjaklah dari tempat tidur dan membacalah di ruangan lain
selama 30 menit.
ü Hindari makanan dan minuman yang
mengandung kafein (coklat, teh, kopi) saat siag dan petang hari
ü Hindari minuman berakohol
ü Upayakan mengkonsumsi kudapan yang kaya
L-tritofan (mis : susu, kacang) menjelang tidur.
·
Jelaskan
pentingya olahraga secara teratur (jalan kaki, lari, senam aerobic dan latihan)
fisik selam sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak
dikontraindikasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
·
Jelaskan
bahwa obat-obatan hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena
beresiko menyebabkan toleransi dan
mengganggu pada siang hari
·
Jelaskan
pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan tidur/istirahat,
berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau meminimlakan
penyebab tersebut.
5. Rasional
·
Tidur
akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang asing dapat
menghambat relaksasi
·
Agar
merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus tidur
(70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam
·
Kefektifan
obat-obatan sedative dan hipnotik mulai berkurang setelah satu minggu
penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yyang tinggi dan beresiko
menyebabkan ketergantungan
·
Ritual
atau kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi dan
membantu tidur
·
Susu
hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
·
Kafein
dan nikotin adalah stimulant SSP yang dapat memperpanjang masa laten dan
meningkatkan frekuensi terjaga
·
Tidur
saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidur REM dibandingkan tidur pada
siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk siklus
tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidur REM.
·
Para
peneliti menyebutkan, penghalang utama untuk tidur pada klien yang menjalani
perawatan kritis adalah aktifitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur
keperawatan, cahaya dan hipotermia
·
Kebisisngan
lingkungan yang tidak dapat di hilangkan dan dikurangi dapat ditutupi dengan
“bunyi-bunyi yang lembut” (mis : kipas angin, music yang lembut, suara rekaman)
·
Pola
tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal kemungkinan
menyebabkan sulit tidur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demi pembenahan dan kelengkapan
dari keseluruhan isi makalah ini, kami sebagai penulis sangat membutuhkan saran
dari pembaca agar makalah ini dapat tersusun dengan sempurna kedepannya serta
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
· Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta;Salemba Medika.